Senin, 15 Maret 2010

Mikro Hidro

Energi air dihasilkan ketika air mengalir atau jatuh (terjun) dan dikenal sebagai energi kinetik. Selain itu tersimpan energi potensial di dalam air yang tersedia untuk dimanfaatkan. Energi potensial ini akan ditransfer menjadi energi kinetik yang kemudian digunakan untuk menggerakan sesuatu, misalnya: turbin. Melalui serangkaian proses dan penggunaan beberapa perangkat, seperti turbin dan generator, air dapat dipakai untuk menghasilkan listrik .

Listrik tenaga air (hydropower) merupakan energi terbarukan, karena sumber energinya tersedia bebas, dapat diperbarui dan boleh dikatakan tidak pernah habis. Pasokan listrik dunia sekitar 20% berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA),termasuk 6% listrik komersial (swasta) dipasok dari PLTA. Negara-negara yang dikenal total pasokan listriknya berasal dari PLTA, antara lain [1]: Norwegia: 99%; Selandia Baru: 75%; Negara-negara berkembang: 50%; Cina : 25% dan Amerika Serikat: 13 %. Selain itu, PLTA nampaknya menjadi pilihan populer di banyak negara termasuk Brasil, Kanada, Rusia, Tanzania, Islandia, dan Korea Utara.

Keunggulan Energi Air

Energi air mempunyai keunggulan :

  • Tergolong energi bersih, tidak menimbulkan polutan berbahaya;

  • Bendungan yang dibangun untuk PLTA dapat dimanfaatkan sekaligus sebagai pengendali banjir dan pengatur irigasi;

  • Energi yang tersedia tidak akan habis sepanjang komponen hidrologisnya dapat kita jaga, seperti daerah tangkapan air hujan (catchment area) dan vegetasi sungai


  • Kekurangan Energi Air

    Adapun kekurangannya :

  • PLTA umumnya membutuhkan banyak ruang sehingga menyebabkan habitat satwa liar berkurang;

  • Proyek-proyek PLTA berskala besar dapat mengganggu aliran sungai;

  • Keberadaan bendungan dan waduk menyebabkan kehidupan akuatik turun di beberapa lokasi PLTA.


  • Bagaimana dengan Indonesia ? Kita mempunyai potensi sumber daya air 75.000 MW dan baru dimanfaatkan 6 persen atau 3.529 MW yang merupakan kapasitas terpasang 203 unit PLTA di Indonesia. PLTA besar dan bendungan terus dikembangkan untuk menambah kapasitas yang telah ada [2], antara lain: bendungan Jatigede, Jawa Barat(108 MW), PLTA Kusan, Kalimantan (135 MW), bendungan Upper Cisokan Pumped Storage Hydroelectric Plant, Jawa Barat (1000 MW), bendungan Rajamandala Jawa Barat (35 MW), PLTA Genyem, Papua (20 MW), PLTA Poigor 2 Sulawesi Utara (20 MW), dan bendungan PLTA Asahan 3 Sumatera Utara (150 MW).

    Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

    Dari total potensi Sumber Daya Air tersebut, 500 MW diantaranya dapat dikembangkan untuk Pembangkit Litrik Tenaga Mikro Hidro (PLT-Mikro Hidro) yang baru dimanfaatkan sekitar 60 MW. PLT- Mikro Hidro memanfaatkan aliran air seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), tetapi dengan kapasitasnya lebih kecil. Setiap pembangkit, rata-rata hanya menghasilkan energi listrik 10 kilowatt (kW) hingga 100 kW di mana 10 kW sudah dapat digunakan untuk sekitar 50 rumah.

    Kondisi masyarakat yang tersebar di berbagai kepulauan, kadangkala lokasi pemukiman masyarakat terpencil, sehingga tidak terjangkau oleh listrik dari PLTA besar. Kalaupun harus didistribusikan secara merata, membutuhkan biaya besar untuk jaringan kabel. Oleh karena itu PLT-Mikro Hidro menjadi alternatif untuk pasokan listrik di pedesaan Indonesia.

    PLT Mikro-Hidro teknologinya tergolong sederhana. Pembangkit ini telah banyak dimanfaatkan disepanjang sungai di wilayah Jawa Barat Selatan, dan masih banyak warga kampung/desa di daerah lain di Indonesia. Tidak aneh, karena masyarakat Indonesia telah terbiasa memanfaatkan sungai.

    Modalnya generator murah buatan Cina dan turbin sederhana dari kayu yang ditempatkan dalam sebuah power house (gardu listrik), maka dihasilkan listrik untuk kampung mereka. Distribusi listrik dengan kabel-kabel yang direntangkan langsung menuju rumah. Rumah merekapun diterangi lampu, memang, agak redup namun cukup untuk mengusir kegelapan saat malam hari.

    Biaya operasi dan pemeliharaan PLT Mikro Hidro lebih murah dibanding dengan menggunakan mesin diesel berbahan-bakar solar. Jika terjadi kerusakan pada instalasi PLT-Mikro Hidro tidak sulit mendapatkan suku cadang-nya, karena sudah banyak yang diproduksi di Indonesia. Akhirnya, masyarakat kita yang memanfaatkan Mikro Hidro lebih terdorong untuk memelihara lingkungan hidup di sekitar nya.

    Barangkali yang perlu untuk mendapat perhatian, jika membangun PLT-Mikro Hidro di pedesaan adalah membekali masyarakat dengan ketrampilan dan kemampuan manajemen agar dapat merawat instalasi Mikro Hidro miliknya secara berkelanjutan.

    Referensi:
    1. Water energy FAQ, http://www.lenntech.com/water-energy-faq.htm
    2. PLTA Tumpuan Energi Listrik , http://www.targetmdgs.org/index.php?option=com_content&task=view&id=657&Itemid=5

    Related Posts:
    1. Energi Surya: Keuntungan-, Kerugian-, dan Potensi-nya di Indonesia (#6)
    2. Energi Angin: Akankah Ladang Angin Menjulang di Indonesia ? (#5)
    3. Biomassa: Baru Dimanfaatkan 0.64% dari Potensinya di Indonesia (#4)
    4.Energi Terbarukan: Mampukah Menyumbang 17% dari Bauran Energi Indonesia Pada 2025? (#3)
    5.Energi Nuklir: 437 Reaktor Nuklir Telah Dibangun Sampai 2009 (#2)
    6.Gas Alam untuk Mengurangi Emisi CO2 dan Menghemat Energi (#1)
    7.Emisi CO2 dan Pengurangannya Di Masa Datang

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar