Kamis, 22 Juli 2010

Indonesia sebagai Lumbung Bioenergi Dunia

Ditulis oleh Ibrahim pada 13-11-2007

Perkembangan penelitian di bidang bioenergi, bukanlah barang baru di dunia ini. Penjajakan peluang aplikasi bioenergi untuk di industrialisasi telah lama didengungkan, dan sekarang telah memasuki tahapan produksi secara massal dan siap di komersialisasikan. Diharapkan dalam beberapa tahun mendatang, bioenergi akan menjadi alternatif dan mampu bersaing dengan minyak dan gas bumi (migas) dalam mempertahankan ketahanan energi di dunia.

Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah, mempunyai potensi untuk menjadi lumbung bioenergi dunia. Potensi yang benar-benar tidak dapat diabaikan adalah tersedianya lahan yang luas untuk membudidayakan tanaman-tanaman yang potensial sebagai sumber bahan baku bioenergi. Disini yang dimaksud bioenergi sudah termasuk pemanfaatan biomassa, biodiesel, bioetanol, dan biogas sebagai sumber energi alternatif.
Biomassa

Biomassa merupakan bahan hayati yang biasanya dianggap sebagai sampah dan sering dimusnahkan dengan cara di bakar. Terkadang kita tidak tahu bahwa banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari sisa-sisa makanan atau barang yang kita anggap sebagai sampah. Biomassa tersebut dapat diolah menjadi bioarang, yang merupakan bahan bakar yang memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, saat ini sedang digencarkan pemanfaatan sampah sebagai bahan baku dalam teknologi biomassa untuk diolah sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Atau batok kelapa sawit yang dijadikan briket yang saat ini pengembangannya mulai dilirik oleh para peneliti.
Biodiesel

Penelitian di bidang biodiesel sejauh ini terus berkembang dengan memanfaatkan beragam lemak nabati dan hewani untuk mendapatkan bahan bakar hayati (biofuel) dan dapat diperbaharui (renewable). Biodiesel merupakan bahan bakar yang memiliki sifat menyerupai minyak diesel/solar. Bahan bakar ini ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan dengan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) yang rendah, memiliki cetane number yang lebih tinggi, pembakaran lebih sempurna, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable) sehingga tidak menghasilkan racun (non toxic).

Pembuatan biodiesel dari minyak nabati dilakukan dengan mengkonversi trigliserida (komponen utama minyak nabati) menjadi metil ester asam lemak, dengan memanfaatkan katalis pada proses metanolisis/esterifikasi. Di Indonesia, potensi bahan baku biodiesel sangat melimpah. Saat ini Indonesia adalah negara penghasil minyak nabati terbesar di dunia, bahan baku minyak nabati meliputi asam lemak dari kelapa sawit, jarak pagar, kelapa, sirsak, srikaya, kapuk, dan alga.
Bioetanol

Untuk menganti premium, alternatifnya adalah gasohol (gasoline-alkohol) yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Bioetanol bersumber dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan tebu. Dari beberapa bahan baku tersebut, diketahui bahwa tanaman jagung merupakan pakan unggulan untuk bahan utama bioetanol karena selain dari segi ekonomis tergolong murah, jumlah hasil bioetanol yang dihasilkan jagung ternyata lebih besar diantara tanaman lain.

Setelah bahan baku diatas melalui proses fermentasi, dihasilkanlah etanol. Dan dari etanol dapat dibuat etanol 99,5% atau fuel grade ethanol yang bisa digunakan untuk campuran gasohol. Di dalam etanol, terdapat 35% oksigen yang dapat meningkatkan efisiensi pembakaran mesin dan juga meningkatkan angka oktan seperti zat aditif Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE) dan Tetra Ethyl Lead (TEL). Selain itu, etanol juga bisa terurai sehingga dapat mengurangi emisi gas buang berbahaya.
Biogas

Peluang pengembangan bioenergi khususnya biogas, juga dimungkinkan untuk berkembang di Indonesia baik untuk aplikasi industri skala kecil dan menengah. Berbagai sampah organik dan limbah-limbah agroindustri merupakan bahan baku yang potensial untuk diolah menjadi biogas melalui pemanfaatan teknologi anaerobik. Pada prinsipnya, teknologi anaerobik adalah proses dekomposisi biomassa secara mikrobiologis dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen).

Secara garis besar bahan baku yang diperlukan adalah biomassa (residu mahluk hidup), mikroorganisme, dan air. Produk utama dari biogas ini adalah gas metana dan pupuk organik. Gas metana telah dikenal luas sebagai bahan baku ramah lingkungan, karena dapat terbakar sempurna sehingga tidak menghasilkan asap yang bepengaruh buruk terhadap kualitas udara. Karena sifatnya tersebut, gas metana merupakan gas yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan mulai dari memasak, hingga penggerak turbin pembangkit listrik tenaga uap.
Penutup

Menilik pada potensi negara Indonesia yang besar terutama untuk ketersediaan bahan baku, sudah sepantasnya negara Indonesia berani memproklamirkan diri sebagai negara lumbung bioenergi dunia. Berbagai tantangan kedepannya dalam pengembangan bioenergi ini, terutama pada aspek modal/investasi, perangkat hukum, pengembangan teknologi, permasalahan hambatan sosial, dan keterbatasan pasar dan penguna, hendaknya menjadi komitmen dan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait untuk mencari solusinya. Diharapkan dalam beberapa dekade ke depan, Indonesia dapat menjadi macan dunia dalam bidang energi. Dalam mencapai harapan tersebut, harus disadari bahwa keberhasilan tidak datang dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil kerja keras dari semua pihak/stakeholders.
Daftar Pustaka

* Beni Hermawan, Lailatul Q, Candrarini P, Sinly Evan P. 2007. Sampah Organik sebagai Bahan Baku Biogas. Situs Web Kimia Indonesia.
* Hernawati, Sinly Evan Putra, Ibrahim. 2007. Bioenergi Sedang Naik Daun. Majalah Natural Edisi 12/Thn VIII/Agustus 2007. Bandar Lampung.
* Ibrahim. 2007. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia. Majalah Natural Edisi 12/Thn VIII/Agustus 2007. Bandar Lampung.
* Ibrahim. 2007. Gasohol, Energi Ramah Lingkungan. Majalah Natural Edisi 12/Thn VIII/Agustus 2007. Bandar Lampung.
* Ibrahim. 2007. Lampung sebagai Lumbung Energi Alternatif Nasional. Majalah Natural Edisi 12/Thn VIII/Agustus 2007. Bandar Lampung.
* Sinly Evan Putra. 2005. Konservasi dan Diversifikasi Energi, Solusi Mengatasi Krisis Energi dan Pencemaran Udara di Indonesia. Karya Ilmiah Mahasiswa Bidang Lingkungan Hidup. Universitas Lampung.
* Wasinton Simanjutak. 2007. Teknologi Anaerobik untuk Pemanfaatan Sampah dan Limbah Agroindustri. Majalah Natural Edisi 12/Thn VIII/Agustus 2007. Bandar Lampung.

sumber:http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/indonesia_sebagai_lumbung_bioenergi_dunia/

Selasa, 16 Maret 2010

Kompor Bahan Bakar Air Buatan Wong Banyumas

Suparmin Sinuang Raharjo (47) pria asal Kelurahan Kalibagor, Banyumas berhasil menemukan kompor berbahan bakar air setelah riset 3,5 tahun. Parmin mengungkapkan, proses menemukan kompor berbahan bakar air dimulai sejak ia tergugah untuk menemukan suatu alat memasak yang tidak atau sedikit menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya.

Setelah melalui proses percobaan berulang kali di bengkel sebelah rumah dan dibantu seorang karyawan, kini alat masak berupa kompor berbahan bakar air sudah ditemukan papar Sukardi, Sabtu (3/3) di rumahnya kompleks Perumahan Kalibagor Indah, Blok A II dan III.

Kompor air menggunakan air tawar dan minyak tanah dengan perbandingan 1 : 10, sehingga hanya mencampurkan 0,1 liter minyak tanah dengan 1 liter air. Kedua bahan diuapkan dalam sebuah tabung menggunakan pemanas listrik kemudian dibakar hingga api menyala. Dengan menggunakan seliter air mampu memasak 24 jam nonstop.

Kompor buatan Suparmin tidak menimbulkan asap, jelaga dan bau. Selain itu, daya listrik yang digunakan tidak besar, untuk angkatan pertama hingga air dan minyak menguap, membutuhkan 100 watt selanjutnya hanya 5 watt. Nyala apinya juga besar, bahkan lebih panas dibanding kompor gas. Untuk memasak air menggunakan panci besar hanya membutuhkan 5-10 menit.

Kompor air juga minim risiko meledak. Lelaki beranak empat itu mengaku, meski status temuannya dipatenkan, hingga kini belum ada investor dalam negeri yang berniat membuat kompor air secara massal. Publikasi melalui sejumlah media sudah dijalankan namun belum menarik pengusaha lokal untuk mengucurkan dana guna membeli hak paten kompornya.

sumber : http://opensource.jawatengah.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=83&Itemid=43

Ketel Uap Boiler

Mengenal Ketel Uap

Boiler atau ketel uap merupakan salah satu penentu kualitas minyak kelapa sawit. Ia hampir menjadi sentra dalam berbagai tingkatan proses ekstraksi buah kelapa sawit (tandan buah segar) menjadi CPO dan produk turunannya.

Boiler merupakan peralatan utama pada industri pengolahan minyak sawit dan turunannya. Pabrik-pabrik kelapa sawit memakai boiler untuk merebus tandan buah segar (TBS) yang baru saja dipanen. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap yang dihasilkan dari boiler pada temperatur 135 derajat celsius. Tujuan dari perebusan ini adalah memudahkan pemipilan brondolan dari tandannya, menghentikan perkembangan asam lemak bebas (free fatty acid), dan akan menyebabkan TBS melunak sehingga proses ekstraksi minyak menjadi lebih gampang.

Sedangkan di industri hilir, boiler digunakan untuk memanaskan tangki minyak, sementara uap panas yang dihasilkan dimanfaatkan pada proses pre-treatment dan vakum deodorizer. Di pabrik-pabrik fatty acid dan fatty alcohol, menggunakan steam boiler sebagai peralatan utama untuk memisahkan trigliserida dengan gliserol pada splitting tower.

Boiler atau lebih dikenal sebagai ketel uap pada dasarnya adalah sebuah bejana yang dipergunakan sebagai tempat untuk memproduksi uap (steam). Uap dari pemanasan air dalam boiler dilakukan pada temperatur tertentu untuk kemudian digunakan untuk berbagai keperluan. Berdasarkan jenisnya, ada beberapa boiler yakni, fire tuber boiler, atmospheric fluidized bed combustion boiler, water tube boiler, paket boiler, fluidizedbed combustion boiler, stoker fired boiler, boiler pemanas limbah, dan pemanas fluida termis.

Selama ini, masyarakat industri kelapa sawit, hulu sampai hilir, sudah sangat mengakrabi boiler ini. Hanya saja dari waktu ke waktu yang mengalami perkembangan adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan boiler ini.
Yang lebih diketahui adalah boiler berbahan bakar minyak. Lalu, setelah harga minyak dunia meroket hingga hampir tak terjangkau, pelaku industri mulai beralih ke gas. Namun, rupanya suplai gas seringkali tidak kontinyu hingga kemudian batubara lah yang menjadi pilihan.

Dari sisi konsep, tidak terdapat perbedaan mencolok antara boiler berbahan bakar minyak, gas, maupun batubara. Boiler terdiri atas sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Pada Coal Fired Boiler yang berbahan bakar batubara, terdiri atas furnace atau tungku api yang dilengkapi dengan kipas tiup dan kipas hisap, pipa air, pipa api, serta sistem pembuangan.

Batubara yang akan dibakar dimasukkan melalui hopper ke chain grate stoker, semacam conveyor, kemudian masuk ke furnace (tungku pembakar) dengan kecepatan tertentu. Emisi panas yang dihasilkan kemudian dimanfaatkan untuk mengkonversi air umpan di dalam pipa menjadi uap. Uap inilah yang dipakai untuk memanaskan TBS di pabrik kelapa sawit (PKS) ataupun proses ekstraksi minyak sawit.
Batubara yang sudah habis terbakar akan dikeluarkan melalui sistem pembuangan abu yang berada di bawah tungku. Ada dua macam limbah pembakaran batubara yang terbentuk, yang mengendap (bottom ash) dan yang ringan (fly ash). Limbah yang mengendap akan turun ke saluran pembuangan sedangkan yang ringan akan dihisap dikeluarkanmelewati lapisan siklon. Karbondioksida dan gas sisa lainnya akan dikeluarkan melalui pipa yang dinamakan chimney.

Evaluasi Kinerja Boiler
Parameter kinerja boiler, seperti efisiensi dan rasio penguapan, akan mengalami penurunan terhadap waktu. Penurunan kinerja ini disebabkan oleh buruknya pembakaran, kotornya permukaan penukar panas, dan buruknya pengoperasian serta pemeliharaan. Bahkan, untuk boiler yang baru sekalipun, alasan seperti buruknya kualitas bahan bakar dan kualitas air dapat mengakibatkan penurunan kinerja ketel uap.

Performa boiler dapat dilihat dari bagaimana neraca panas dan efisiensinya. Neraca panas menggambarkan keseimbangan energi total yang masuk boiler dan yang meninggalkan boiler dalam bentuk energi yang berbeda. Neraca dapat dilihat dari tingkat kehilangan energi yang terjadi dalam satu kali proses boiler.

Penyebab kehilangan energi ini ada yang tidak bisa dihindari dan ada yang bisa dihindari. Penyebab yang bisa dihindari misalnya, kehilangan pada gas cerobong, karena bahan bakar yang tidak habis terbakar, kehilangan dari blowdown, kehilangan pada kondensat, dan kehilangan akibat konveksi dan radiasi.

Seluruh potensi kehilangan tersebut bisa diminimalkan dengan pemeliharaan peralatan secara seksama, teliti, dan rutin. Selain itu, untuk mencegah kehilangan energi pada kondensat bisa dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan sebanyak mungkin kondensat.

Efisiensi Boiler Batubara
Salah satu unsur yang memengaruhi efisiensi boiler batubara adalah kualitas batubara terutama kandungan air batubara. Apalagi, seringkali ditemui tumpukan batubara yang digelar begitu saja hingga terkena hujan dan angin. Tambahan kelembaban dari iklim luar akan menurunkan nilai panas batubara dan meningkatkan energi pembakaran batubara pada boiler. Karena itu, sebisa mungkin penyimpanan stok batubara mengunakan atap penaung agar terhindar dari pengaruh iklim.

Banyak cara dicari peneliti dan periset industri untuk meningkatkan efisiensi boiler berbahan bakar batubara. Sebagian peneliti memilih memperbaiki sifat fisik perangkat boiler seperti menggunakan pelapis siklon. Namun, peneliti lainnya berpendapat bahwa efisiensi ketel uap batubara bisa dilakukan melalui campur tangan bahan kimia seperti penambahan batu kapur. Caranya, batubara digerus bersama batu kapur di pulverizer untuk kemudian dibakar melalui sistem Clean Combustion System (CCS). Hasilnya, gas panas yang bersih, panas, dan kaya bahan bakar untuk dialirkan ke boiler.
Pada dasarnya, penggunaan batubara pada boiler memang harus menerapkan pembakaran batubara yang bersih. Tuntutan ini, selain akan meningkatkan daya bakar batubara juga agar sesuai dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan.

Membersihkan batubara artinya membuang mineral atau senyawa lain yang terkandung agar pembakaran batubara mendekati sempurna hingga efisiensinya tinggi.

Berbagai macam cara bisa ditempuh sebagai upaya membersihkan batubara. Untuk membuang sulfur yang berupa bintik kecil kekuningan dilakukan dengan memecah bongkahan batubara menjadi lebih kecil lalu mencucinya. Jika belum bersih juga, industri biasanya melakukan dnegan merendam batubara dalam tangki pencucian sampai menghasilkan endapan sulfur yang berikatan dengan pyritic di dasar tangki sedangkan batubaranya mengambang. Namun, untuk sulfur yang berikatan dengan unsur organik, proses pembuangan tidak akan berhasil dilakukan. Sebab, bentuk sulfur ini membutuhkan proses lanjutan yang memburuhkan teknologi tinggi dan biaya yang besar.

Sedangkan untuk mengurangi kadar nitrogen dalam batubara, industri biasanya menggunakan senyawa kimia yang berfungsi sebagai katalis yang mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi.

Menangkal Dampak Batubara
Sudah menjadi konsekuensi setiap penerapan teknologi selalu membawa dampak buruk sebagai ikutan. Tak terkecuali penggunaan batubara. Selain dampak lingkungan berupa polutan, yang tidak kalah penting adalah pengaruh buruk pada pekerja yang sehari-hari berurusan dengan batubara sebagai sebuah sistem. Para operator mesin merupakan pihak yang sangat rentan terhadap gangguan fisik dan kesehatannya.

Pada umumnya, batubara yang digunakan sebagai bahan bakar, untuk berbagai industri, berbentuk serbuk. Serbuk ini tentu akan berpotensi terhisap dan masuk ke paru-paru melalui pernapasan.

Karena itu, sistem pertukaran udara di lokasi haruslah mendapat perhatian serius agar tersedia cukup oksigen untuk para operator mesin. Berbagai penyakit dapat timbul akibat masuknya debu batubara ke paru. Silikat yang biasanya terkandung dalam batubara bisa menyebabkan penyakit antrakosis yang berlanjut ke pneumonia yang membahayakan.

Untuk meminimalkan pengaruh buruk batubara, maka setiap operator diwajibkan memakai pelindung maksimal di hidung, mata, dan sebaiknya juga seluruh tubuh.

Pelarangan Buku Cuma Untungkan Pembajak

Irwan Nugroho - detikNews
Jakarta - Kejaksaan Agung (Kejagung) dinilai tidak mempunyai sistem yang jelas soal
pelarangan buku-buku yang dinilai menyimpang. Sebab, tiap kali sebuah buku
dilarang, menjamurnya versi bajakan yang dijual di jalan-jalan bahkan dengan
harga lebih mahal.

"Yang diuntungkan (dari pelarangan buku) itu adalah pembajak. Karena sekali
dilarang, besok muncul di mana-mana. Harganya bisa dua kali lipat," ujar
Direktur YLBHI, Patra M Zen.

Hal itu dikatakan dia dalam seri diskusi "Kajian Kritis Tentang Pelarangan Buku" di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (16/3/2010).

"Itu fakta bahwa pelarangan buku itu tidak serius karena sistemnya tidak
dibangun," lanjut Patra.

Menurut Patra, bahkan di negara dengan pemerintahan otoriter, sekali buku
dilarang, baik asli maupun bajakannya dibredel. Namun, di Indonesia, pembajak mendapatkan berkah dari pelarangan buku itu.

Selain itu, lanjut Patra, UU No 16/2004 Tentang Kejaksaan tidak menyebutkan
secara jelas mengenai kriteria buku yang masuk daftar merah. Kejagung pun
dinilainya tidak mampu menunjukkan patokan-patokan mengenai materi buku yang
dilarang dibaca oleh masyarakat.

"Ditanya soal paragraf mana yang dilarang, dijawab pokoknya sudah diperiksa. Ya, Jaka Sembung namanya (tidak nyambung)," kata Patra.

Ia meminta Kejagung lebih berfokus untuk mengurusi uang pengganti dari para
koruptor. Sebab, hal itu lebih penting daripada melarang buku-buku yang beredar di pasaran.

"Itu saja yang dilakukan, bukan pelarangan buku," tandasnya.
(irw/mad)

Senin, 15 Maret 2010

Pembangkit Listrik Mikrohidro

Listrik, kini menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Bayangkan, jika listrik padam saat malam, pemukiman penduduk seakan-akan menjadi kota hantu (dengan catatan, bila belum satu orang pun yang menyalakan lilin, lampu teplok, lampu senter, atau lampu emergensi).

Pernahkah anda membayangkan bahwa sebenarnya kita bisa menghasilkan listrik sendiri? Tentu saja ada syarat yang dibutuhkan, salah duanya, air yang mengalir kontinyu dan air yang mengalir dengan deras atau setidaknya aliran air memiliki perbedaan ketinggian.

Selama ini, kebanyakan dari kita yakin dan percaya bahwa listrik hanya bisa disediakan dari negara (baca: PLN). Sehingga, penduduk daerah pelosok negeri hanya bisa gigit jari, kapan ya waktu kita akan datang untuk mengecap sedikit cahaya dari benda yang telah lama ditemukan Alfa Edison?

Waktu sekolah dulu, salah seorang guru Fisika saya, memanfaatkan sungai kecil dekat rumahnya untuk menghemat pasokan listrik dari PLN. Tapi memang daya yang dihantarkan tidak sedahsyat energi listrik yang diberikan oleh PLN, namun cukup untuk keperluan listrik daya rendah seperti lampu rumah.

Pembangkit listrik yang demikian disebut Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Kenapa mikro? Karena daya yang dihasilkan tergolong kecil (masih dalam hitungan ratusan kilowatt). Tenaga air ini bisa berasal dari saluran sungai, saluran irigasi, air terjun alam, atau bahkan sekedar parit asal airnya kontinyu. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan tinggi terjunnya dan jumlah debit air.

Teknik dari pembangkit listrik ini sangat sederhana, yaitu menggerakkan turbin dengan memanfaatkan tenaga air. Untuk bisa menggerakkan turbin ini, harus ada air yang mengalir deras karena perbedaan ketinggian. Jika di suatu daerah tidak ada air yang mengalir deras, maka dibuat jalur air buatan misalnya bendungan kecil yang berfungsi sebagai pembelok aliran air.
Lalu, air yang mengalir deras akan sanggup menggerakkan turbin yang disambungkan ke generator, sehingga dihasilkanlah energi listrik.

Mikrohidro ini bisa dikatakan sebagai teknologi ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah atau sisa buangan yang berbahaya. Selain itu, bila diterapkan pada desa-desa terpencil, mereka akan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbaharui seperti minyak tanah atau pemakaian dari hasil hutan seperti kayu bakar. Dan juga akan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hutan, karena bila ingin air terus mengalir, secara tidak langsung hutan harus dijaga dari penebangan secara liar.

Kapan ya, seluruh pelosok daerah di negara kita bisa menggunakan teknologi ini?

Cara Berbisnis Online Lewat Blog

Masih ngobrol seputar bisnis online, kali ini saya ingin membahas sedikit mengenai 4 cara berbisnis online lewat blog.

Apa bedanya bisnis online? Tentu ada mas.. Maka itu saya tertarik untuk menjelaskannya di sini hanya dari pengamatan saya.

Mohon input juga dari para senior, karena saya bukan pakar telematika seperti KRMT Roy Suryo bersaudara..

Sekarang, kita bedakan dulu antara bisnis online yang real, dan mendapatkan penghasilan dari pekerjaan kita di Internet.

Jika anda seorang yang memiliki website khusus berjualan, maka anda pantas disebut business owner.

Jika anda seseorang yang tidak memiliki produk tapi ikutan menjual produk orang lain, maka anda saya sebut sebagai affiliate marketer, dan mungkin juga reseller.

Bagaimana dengan blogger? Blogger punya cara tersendiri untuk mendapatkan penghasilan lewat Internet. Anda tentu sudah paham mengenai istilah Google Adsense, Text Link Ads, Backlinks, Penyedia ruang banner dsb.

Mari sekarang kita cek satu persatu mengenai cara berbisnis online lewat blog, dan tentunya anda harus punya blog untuk bisa mempraktekkan hal ini:

1. Berbisnis tukar menukar link. Anda punya blog dengan PR tinggi? Ini adalah kesempatan anda untuk menjual jasa tukar menukar link. Tidak perlu ikutan TLA atau BL, anda bisa memulai sendiri dengan memasang iklan di sidebar dengan bunyi: Pasang link di sini RP 100.000 per bulan.

2. Berbisnis lewat iklan baris gratis. Khusus wordpress, Mas Lutvi sudah menjual skrip Web Iklan Baris. Anda bisa mendapatkan di www.bisnisblog.co.cc nih.. Satu di antara pembeli skrip WIB itu adalah Mas Arief Maulana.

Dengan memasang wordpress iklan baris, anda juga bisa memasang premium ads, banner ads dan sebagainya di web anda.

3. Blog anda juga bisa disisipkan iklan banner dari program reseller dan affiliasi yang sudah anda ikuti. Pemasangan banner ini tentu harus sesuai dengan estetika, sehingga pengunjung tertarik untuk mengklik iklan anda, dan bisa terjadi sebuah transaksi bisnis.

Selain itu anda bisa menggunakan beberapa jasa iklan baris PPC Indonesia. Dalam hal ini, anda tidak perlu menuliskan lagi artikel berbau iklan di blog anda. Cukup masukkan keywords yang tepat, maka iklan anda akan muncul dengan rapi di kotak yang tersedia.

Anda tinggal menunggu klik dari pengunjung, maka rupiah akan mengalir ke rekening anda.

4. Cara keempat, anda bisa menjual jasa penulisan dan blogdesign kepada orang yang ingin memiliki blog, tapi tidak punya waktu atau tidak paham benar bagaimana cara membuat blog.

Jasa ini hampir sama seperti webdesign. Anda bisa pasang tarif sesuai dengan design dan artikel yang ingin dipasang di blog klien anda itu..

Tetapi…

Semua akan tergantung si pemilik blog.. Jika mau sukses, tentu anda harus kerja keras.. Dan kerja keras anda pasti berbuah manis, asalkan anda tekun dan sabar mengerjakannya..

Jenis Turbin Angin

Jenis turbin angin ada 2, yaitu :

1. Turbin angin sumbu horizontal
2. Turbin angin sumbu tegak (misalnya turbin angin Darrieus)

[sunting] Turbin angin sumbu horizontal
Turbin angin megawatt pertama di dunia berada di Castleton, Vermont

Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar.

Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan.

Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.
[sunting] Kelebihan TASH

* Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfir bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.

[sunting] Kelemahan TASH

* Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa mencapai 90 meter sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin.
* TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.
* Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator.
* TASH yang tinggi bisa mempengaruhi radar airport.
* Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu penampilan lansekap.
* Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh turbulensi.
* TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan kincir ke arah angin.

[sunting] Turbin Angin Sumbu Vertikal
Turbin angin Darrieus30 m di Kepulauan Magdalen

Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah.

Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.

Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal.
[sunting] Kelebihan TASV

* Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
* Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw.
* Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
* TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
* Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
* TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.)
* TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang.
* TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun.
* TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit),
* TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
* Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.

[sunting] Kekurangan TASV

* Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
* TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi.
* Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai berputar.
* Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.
http://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin